Menjadi bagian dari 150 peserta ToT Literasi Produkti Berbasis IT
yang diadakan IGIadalah merasai ketakjuban demi ketakjuban. Ketakjuban
pertama, berupa ketakjuban terhadap ide brilian penggagas kegiatan.
Ditengah maraknya penggugahan untuk berbudaya literasi, IGI justru
berpikir melampaui konteks masanya. Suatu lompatan pemikiran yang tidak
sekadar berpusat pada mengatasi rendahnya literasi, namun mencoba
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Menyiapkan trainer guna menjadi
ujung tombak terwujudnyasejuta guru mahir literasi produktif berbasis
IT sebelum 2021.
Ketakjuban kedua, berupa ketakjuban atas pemberian kesempatan
seluas-luasnya dalam seleksi keikut-pesertaan ToT. Tahap seleksi yang
dilakukan terhadap guru peminat yang memenuhi kriteria berlangsung
sedemikian terbuka. Calon peserta harus mempunyai naskah bertopik
literasi. Selain itu juga haruspernah menyajikan literasi di forum
ilmiah dengan bukti video presentasi. Menjadi prasyarat
pula pernyataan kesanggupan untuk melatih literasi produktif di
berbagai kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tahap seleksi demikian
merupakan wujud kesungguhan untuk mencari potensi-potensi di berbagai
penjuru tanah air guna dioptimalkan menjadi trainer nasional literasi
produktif berbasis IT.
Ketakjuban lain berupa ketakjuban terhadap kemasan kegiatan yang
menjunjung tinggi semangat IGI untuk berbagi dan bangkit bersama
(Sharing and Growing Together).Pada
acara ToT, Para Master dari berbagai kegiatan nasional khas IGI, ikhlas
berbagi menularkan pengetahuan dan keterampilannya. Penularan ilmu
tersebut penuh nuasa keakraban kekeluargaan, jauh dari kesan kaku dan
saling menggurui. Semua sesi berlangsung penuh kesadaran dan kesabaran
bersama bahwa setiap kita adalah pembelajar sejati, sama-sama haus ilmu
dan pengembangan kompetensi diri. Jadilah semua sesi selama 4 hari itu
adalah perpaduan antara kemauan yang kuat untuk menimba ilmu dan
keikhlasan yang tulus untuk berbagi.
Rasionalisasi dan Relevansi Literasi-Produktif
Rasionalisasi pentingnya ToT literasi produktif berbasis IT ala IGI
adalah bermula dari kepekaan dan kepedulian untuk memberikan manfaat
sebaik-baiknya bagi bangsa dan negara. Hal itu mengingat tolak ukur
sebaik-baik manusia terletak pada seberapa bermanfaat ia bagi manusia
lain. Dari kaca mata etika maupun logika, tidak ada yang dapat disangkal
dari kalimat yang diadopsi dari ayat dalam kitab suci tersebut.Bahwa
manusia membutuhkan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Suatu
penegasan bahwa manusia adalah nyata sebagaimakhluk sosial, makhluk
yang butuh bersosialisasi, butuh berinteraksi.IGI sepenuhnya menyadari
perlunya saling berbagi itu.
Sebagaimana dalam interaksi keseharian, manusia mempunyai sistem
simbol yang digunakan dalam komunikasi. Sistem simbol tersebut kemudian
kita kenal dengan nama ‘bahasa’. Oleh karena itu, dalam perwujudan
sebagai mahluk sosial, manusia juga merupakan makhluk simbolik (Homo
Symbolicum). Makhluk yang berinteraksi menggunakan sistem simbol
(tanda-bahasa). Karenya literasi produktif berupa keterampilan menulis
dan berbicara menjadi sarana guna menempatkan literasi sebagai arena
pemahaman diri dan memahamkan orang lain.
Dalam konsep demikian,kata literasi dimaknai sebagai keterpahaman.
Hal itu mengingat kata literasi berasaldari kata litera, yaitu leter
(huruf). Pada perkembangannya literasi kemudiandimaknai sebagai
aktivitas mengkonsumsi huruf dan memproduksi huruf. Mengkonsumsi huruf
berwujudaktivitas membaca guna mendapatkan pemahaman, dan memproduksi
huruf berwujudaktivitasmenulis sebagai upaya memahamkan.
Konsep literasi sebagai upaya memahami dan memahamkan
(membaca-menulis) tersebut kemudian melahirkan istilah
literasi-produktif dan literasi-reseptif. Konsep ini merujuk pada upaya
memahami melalui aktivitas berbahasa pasif (membaca dan menyimak), dan
upaya memahamkan melalui aktivitas berbahasa aktif (menulis dan
berbicara). Dengan demikian konsep literasi produktif dalam konteks ini
dibatasi maknanya sebagai proses transfer informasi melaui keterampilam
menulis yang mampu memahamkan melalui pemanfaatan teknologi.
Miniatur Gerakan Literasi-Produktif
Gerakan yang dipandegani IGI untuk mewujudkan sejuta guru mahir
literasi produktif berbasis IT dalam kurun waktu lima tahun kedepan,
kian menemukan wujud nyata. Optimisme terbentuk karena pencananganitu
segera dimulai dengan langkah awal yang menggebrak. Langkah awal yang
lebih tepat disebut sebagai langkah awal yang menakjubkan. Satu
diantaranya dengan diselenggarakan ToT Literasi Produktif Berbasis IT.
Melalui kegiatan tersebut sejatinya separuh pekerjaan untuk menuju
sejuta guru mahir literasi produktif sudah selesai. Karena melihat
antusiasme 150 trainer yang ada cukup menjanjikan untuk terus meng-kawal
Gerakan Literasi Produktif Berbasis IT.
Seperti halnya yang tergambar dari 6 kanal besar pemfokusan bidang
menuju literasi produktif berbasis IT secara nasional. Diantaranya
adalah (1) kanal pembelajaran kelas maya dan penggunaan media komik
digital untuk pembelajaran. (2) Kanal server edukasi dengan program
Sagusatab (satu guru satu tablet). (3) Kanal optimalisasi guru dalam
penggunaan website dan blogger melalui Sagusablog (satu guru satu blog).
(4) kanal penggunaan aplikasi android untuk pembelajaran melalui
Sagusanov (satu guru satu inovasi) dan memudahkan pengembangan
optimalisasi potensi guru dalam menulis dan membaca melalui Menemu Bali
(menulis dengan mulut, membaca dengan telinga). (5) menggairahkan guru
untuk menulis kreatif dengan program Sagusaku (satu guru satu buku), dan
(6) pemahiran guru dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan program
Sagusakti (satu guru satu KTI).
Dengan tiap kanal rata-rata diikuti oleh 25 orang, maka 150 peserta
ToT setelah digembleng selama 4 hari sudah mempunyai modal yang cukup
untuk percaya diri menularkan ketrainerannya pada guru lain. Semua itu
menjadi mutlak mengingat sejatinya banyak guru di luar sana sedang haus
untuk mendapatkan program peningkatan kompetensi diri ala IGI. Suatu
program yang identik dengan lompatan pemikiran yang menakjubkan. Hal itu
tiada lain merupakan upaya mempertemukan kesenjangan yang melanda dunia
pendidikan, yakni kesenjangan antara siswa abad 21, guru abad 20, dan
sarana sekolah abad 19. Dalam perannya demikian, IGI kian mengukuhkan
dirinya sebagai organisasi guru yang konsen dan konsisten pada upaya
meningkatan kompetensi guru.
Majulah IGI, Jayalah IGI.
*) Mohammad Hairul adalah guru SMPN 1 Klabang-Bondowoso.
Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kabupaten Bondowoso.
Read more ...